![]() |
Presiden AS Donald Trump. (Anadolu Agency) |
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menandai 100 hari pertama masa jabatan keduanya dengan menggelar rapat umum di negara bagian Michigan pada Selasa (29 April 2025). Dalam pidatonya, Trump menggambarkan masa kepemimpinan barunya sebagai periode yang “menyenangkan” dan penuh semangat, meskipun ia menghadapi kritik luas dari masyarakat dan berbagai kelompok pengamat.
Sebuah jajak pendapat terbaru dari Washington Post-ABC News menunjukkan bahwa hanya 39 persen warga Amerika yang menyatakan puas dengan kinerjanya sejauh ini. Lebih jauh lagi, 64 persen responden menganggap Trump telah melampaui batas dalam memperluas kewenangan eksekutif presiden.
Dalam wawancara dengan The Atlantic sebelum acara berlangsung, Trump sempat menyatakan bahwa ia "menjalankan negara dan dunia," sebuah pernyataan yang kembali mengundang reaksi beragam dari publik dan pengamat politik.
Kebijakan Kontroversial dan Tantangan Hukum
Selama 100 hari terakhir, pemerintahan Trump telah mengeluarkan lebih dari 140 perintah eksekutif. Beberapa di antaranya memicu kontroversi tajam, termasuk peluncuran program deportasi massal, pembatalan kebijakan lingkungan dari pemerintahan sebelumnya, serta inisiasi perang dagang baru dengan sejumlah negara mitra.
Tom Homan, pejabat Gedung Putih yang menangani isu imigrasi, membela langkah Trump dengan mengatakan bahwa “tidak ada yang melakukannya lebih baik daripada Presiden Trump.” Namun, sejumlah kebijakan tersebut kini menghadapi proses hukum, dan beberapa di antaranya telah diblokir oleh pengadilan federal.
Selain itu, demonstrasi menentang kebijakan Trump dan sekutunya, termasuk tokoh teknologi Elon Musk, telah berlangsung di berbagai wilayah Amerika Serikat.
Respons Publik dan Arah Pemerintahan
Meskipun kritik berdatangan, sebagian basis pendukung Trump tetap setia. Seorang pendukung, Karen Miner (57), menyatakan keyakinannya bahwa “Trump tahu apa yang ia lakukan.” Namun, kekhawatiran terkait kondisi ekonomi dan gaya kepemimpinan yang dianggap terlalu agresif mulai muncul, termasuk dari kalangan pendukung lama seperti Frank Tuoti (72), yang mengaku cemas akan arah kebijakan ekonomi nasional.
Di panggung global, janji kampanye Trump untuk mengakhiri perang di Ukraina dalam 24 jam masih belum terealisasi. Ketika ditanya mengenai janji tersebut, Trump menyebutnya hanya sebagai “candaan,” yang lagi-lagi memicu kritik dari lawan politiknya.
Dengan usia yang kini menginjak 78 tahun dan gaya kepemimpinan yang tetap tidak konvensional, masa depan periode kedua kepresidenan Trump masih dipenuhi tanda tanya besar, terutama di tengah meningkatnya polarisasi politik di Amerika Serikat.